12 Agustus 2012

CINTAKU KANDAS DI BORNEO


Cinta itu adalah imaginasi tanpa makna, itulah apa kata para pujangga? Tapi bagi seorang anak Adam perasaan cinta adalah saat dimana mereka bahagia bersama dengan anak Hawa dan begitu juga sebaliknya. Walau hanya sekedar berbincang biasa, sudah dapat membuat hati sedingin es menjadi sehangat bunga mentari. Bagaikan mutiara, cinta tidak akan memiliki arti sesungguhnya jika hanya bertepuk sebelah tangan. Apa dan mengapa? Karena cinta itu hanya akan terasa menyakitkan jika hanya di sebelah pihak saja. Jika memang kesempatan sudah habis tak tersisa, Lupakanlah dia, carilah orang lain. Karena sebuah cinta hanya dapat dilupakan jika kita sudah mempunya cinta yang lain. Apa itu cinta? Ialah jika kita memiliki kebahagian bersama-sama. Jika hanya satu pihak, itu lebih berarti pengorbanan daripada percintaan. Jika itu terjadi dalam hidupmu, Lupakanlah! Itu akan lebih baik untuk kita. Cinta itu bukanlah pengorbanan, tapi adalah saling berkorban satu sama lain, saling menyayangi satu sama lain, saling melengkapi satu sama lain, saling pengertian dan masih banyak saling-saling yang lain. Bukankah hidup itu penuh dengan mutiara…… begitu juga kisahku MENEMBUS AWAN MENGEJAR CINTA ditulis. Cinta antara kedua insan adalah sama-sama mengalami pengorbanan dalam hal apapun. Namun Kadang Cinta itu terbelenggu oleh budaya, cara pandang masyarakat dan orang-orang terdekat. Kita kadang dilematis antara Cinta dan keluarga, antara Cinta dan restu dari orang-orang lain. Oleh karena itu, sebuah PILIHAN yang dilakukan pasti mengandung risiko, entah hal yang baik maupun hal buruk yang akan dialami. Demikian kisahku dalam menapaki Cinta. Antara perasaan, ikatan emosional keluarga dan budaya. CINTA kadang membingungkan bagi orang lain, tidak masuk akal bagi yang lain namun hal yang membahagiakan dan menyenangkan bagi yang mengalaminya. CINTA melampau ruang dan waktu. Demikian ziarah cinta ini. setelah mengalami cinta, akhirnya cinta itu kandas di Borneo. Borneo(Pontianak-Kalbar)adalah tempat yang asing bagiku. Setelah mengalami cinta yang melampau ruang, akhirnya waktulah yang menghantar diriku harus menembus awan tuk terbang mendarat kakiku di Borneo. Terbentur dengan komunikasi yang hilang dan putus kucoba menerobos penghalang bermodalkan keyakinan dan keberanian. dalam nada sumbang dan kebingungan aq awali jejak kaki di bumi Borneo. Dalam semangat yang hampir pupus namun terdorong oleh Rasa Cinta kucoba untuk terus bertahan dan mencoba menjawabi perasaan ini. Pontianak ternyata bukanlah akhir dari perjalanan ini. Dalam menempuh enambelas jam perjalanan dengan jalan yang melelahkan sebagai akibat kondisi jalan yang tak menentu, entah itu kesalahan sang penguasa atau keganasan alam dan kesalahan yang membangun jalan itu akhirnya sampai juga di Putusibau, Kabupaten kecil Kalbar yang semakin dekat dengan Negara tetangga. Ternyata perjalanan itu belum selesai. Khabar berita sang burung darah belum tersampaikan. Entah kesalahan komunikasi atau karena pembangunan yang belum merata.
Aq harus menempuh dengan kendaraan roda dua sejam lagi. Badan ini terasa letih, namun Semangat membuat tak nyerah. Raga butuh pemulihan. Perjalanan tinggal sejam. Sang Mentari mengajak untuk beristirahat sejenak. Ku turuti keinginan alam. Cinta juga terbentuk oleh alam. 
Ternyata, buah dari ziarah ini menghasilkan senyum dan tawa. Bagai musim kemarau yang berkepanjangan terhapus dengan hujan walau hanya semenit saja.

CINTA butuh pengorbanan dan keberanian untuk menembus pengukuhan sosial dan orang yang merasakan bahwa Cinta itu juga miliki mereka. 
Akhirnya semuanya terasa indah pada waktunya. Tawa, canda, kemesaraan menghiasi pertemuan antara sang adam dan hawa. Dukungan cinta yang lain menguatkan tekad dan harapan. Perjalan untuk sementara tidak sia-sia. Aq masih menyadari sekarang Cinta perlu kesetiaan, Kejujuran, Kepercayaan dan keterbukaan. Mempertahan Cinta lebih sulit daripada kita berjuang untuk mendapatkan. Bak sang juara meraih kemenangan dan sulit untuk mempertahankan dalam pertarungan yang akan datang. Cibta ini belum finish dan tak akan finish karena cinta ini bukan sekedar untuk mendapatkannya tetapi harus tetap diperebutkan hingga raga ini terbujur kaku dan kembali ke tanah.
Cinta masih harus melalui tahapan sebagaimana sebagai seorang yang beriman dan hidup dalam budaya kemasyarakatan.
Namun suatu titik terang terpancar dan telah membelenggu Cintaku dan Kandas di Bumi Borneo.

Medio Juli 2012

0 komentar:

Posting Komentar