15 Maret 2010

NYEPI SAAT UNTUK MEREFLEKSI DIRI



Saat itu, Bali pulau Dewata bagaikan Pulau yang tak berpenghuni, bagaikan Pulau mati. Bahkan anjing-anjing pun enggan untuk menggonggong. Burung-burung terbang bebas berkicau. Malam menyapa hanya diterangi sinar sang rembulan. Gelap-gulita menyelimuti Bali.
Beginilah suasana Nyepi di Bali.

Dalam agama Hindu dikenal dengan Berata penyepian yang dirumuskan menjadi Catur Barata Penyepian yaitu:

-Amati geni (tidak menyalakan api termasuk memasak). Itu berarti melakukan upawasa (puasa).
- Amati karya (tidak bekerja), menyepikan indria.
- Amati lelungan (tidak bepergian).
- Amati lelanguan (tidak mencari hiburan).

Disini semua orang diharapkan benar-benar menenangkan dirinya, mengosong diri dan hanya mengarahkan pikiran dan hatinya kepada Yang Maha Kuasa.
Nyepi bukan sebenarnya bukan saja dihayati oleh orang Bali yang beragama Hindu, tetapi semua yang menetap di Bali. Karena, yang bukan beragama Hindu pun menghargai perayaan ini, dimana mereka juga menjalani Catur Barata Penyepian.

Nyepi adalah satu Perayaan yang sungguh-sungguh menghadirkan ketenangan jiwa bagi yang menghayatinya. Namun, apakah semua menghayatinya?

Nyepi, disisi lain menhadirkan kesempatan bagi mereka yang tak mau ambil peduli akan maknanya dalam menenangkan diri. Saat Nyepi, dipakai untuk berjudi tanpa ada yang mengawasi, dipakai untuk berbuat mesum dengan mengungsi ke puncak atau yang berpacaran dengan kekasihnya menyepi dikostnya sang kekasih. Nyepi dimanfaatkan untuk kepuasan batin mereka yang salah.

Nyepi saat untuk merefleksi diri, dimana kita diberi kesempatan oleh waktu, alam dan Sang Penciptanya. Hanya sehari. Tidakkah kita meluangkan waktu, hati pikiran kita....



0 komentar:

Posting Komentar