8 Desember 2017

BENARKAH PENDIDIKAN DI NTT TERPURUK SAAT INI ?


Pernyataan Menteri Pendidikan dan kebudayaan ( mendikbud) Republik Indonesia, Muhadjir Effendy yang lalu pada koran Jawa Post mengundang banyak reaksi dari masyarakat NTT. 
Mendikbud memberi pernyataan setelah milhat laporan PISA ( Programme for International Student Assessment ) saat pertemuan di UNESCO, November 2017. Survei PISA menyebutkan kualitas pendidikan RI masuk rangking paling bawah. Lalu dalam berita yang dimuat Jawa Pos Mendukbud mengatakan bahwa kemungkinan sample yang diambil adalah siswa-siswi dari NTT. Jawa Pos memuat kutipan langsung Menteri "  Saya khawatir yang dijadikan sample Indonesia adalah siswa-siswi dari NTT semua."

Pernyataan ini dianggap sangat menghina Masyarakat NTT oleh sebagian orang. Namun ada beberapa yang melihat dari aspek positif untuk kemajuan pendidikan di NTT yang memang kenyataan mendapat urutan ketiga terendah di Indonesia.

BENARKAH PENDIDIKAN DI NTT SANGAT TERPURUK DI MATA PAK MENTERI ? BENARKAH PISA HANYA MENGAMBIL SAMPLE PENDIDIKAN NTT ? APAKAH PAK MENTERI MENANYAKAN SOAL  INI PADA LEMBAGA PISA ?

Pernyataan-Pernyataan di atas, hendak menegaskan bahwa statment seorang tokoh ( baca: menteri ) perlu secara bijak sehingga tidak menimbulkan reaksi yang bersifat SARA. Perlu disadari bahwa masih ada Propinsi lainnya yang tingkat pendidikan di bawah propinsi NTT.

Kemungkinan besar pak mentri sudah mempunyai mindset terhadap orang-orang NTT ( propinsi NTT ) khususnya dalam kaitan pendidikan ini, sehingga tidak heran pendidikan NTT menjadi kambing hitam sebagai penyebab penilaian survei ini.

Semoga kita sebagai masyarakat NTT mampu menunjukkan bahwa TIDAK BENAR SEBAGAIMANA yang dibayangkan oleh pak Mentri. Sembari mengutip pernyataan Prof. Dr. Vincent Gaspers " BUKTIKAN ORANG NTT TIDAK BODOH " Prof. Vincent menegaskan pendidikan mencakup pula kecerdasan emosional. Tak semata kecerdasan intelektual.

" Jika masalahnya adalah rendah nilai ujian PISA, maka pelajari tentang petunjuk ujian melalui website dan buat strategi agar memiliki nilai ujian PISA tinggi, bukan marah-marah. Pendidikan juga membutuhkan kecerdasan emosional tinggi ( lebih bagus lagi disertai kecerdasan spiritual tinggi ) bukan sekedar kecerdasan intelektual, " katanya. Secara pribadi ahli managemen sistem dan teknik industri ini membeberkan pengalaman pribadinya soal " bodoh". " Saya pribadi bersyukur dan tertantang ketika saya dianggap bodoh saat di SMA dan S1 di Kupang. Pengalaman lain, sebagai orangtua dikatakan bahwa putera bungsu saya bodoh ( IQ rendah) sehingga saya keluarkan dia dari sistem pendidikan formal SMU dan mengajarkan secara pribadi di rumah ( home schooling). Saya tidak marah, justru merasa tertantang untuk membuktikan bahwa saya maupun putera bungsu saya tidak bodoh. Caranya ? Ya belajar lebih giat, mengatur strategi yang efektif dan efisiien agar meraih prestasi setinggi mungkin. Ini bentuk aplikasi dari  kecerdasan emosional," jelasnya.

"Mengapa  fakta belajar di NTT jauh lebih sulit dari pada di ITB ? Menurut Prof. Vincent karena fasilitas pembelajaran yang terbatas. Juga tak banyak ahli di NTT yang mampu membuat hal-hal sulit siswa/mahasiswa ditakutkan secara mental bahwa pelajaran-pelajaran sangat sulit dan menakutkan. Padahal jika kita mampu mengalahkan mafia, maka akakn semakin mudah mempelajari Iptek yang lain. AYO BUKTIKAN BAHWA NTT BISA, " Pungkasnya.

 BERPANDANGAN POSITIF

 Pandangan senada dikemukakan ketua Forum Pemuda Kupang-Jakarta ( FPKJ) Eduard Lemanto Alumnus STF Driyarkara yang kini sedang studi lanjut di Peoples Friendship University of Rusia di Moscow-Rusia mengatakan sebagai mendikbud sudah frustasi mengelola pendidikan di negeri ini, temasuk NTT. " Mari merespons dengan cara yang lebih cerdas daripada ikut terbawa emosi. Anggap saja Mendikbud itu tidak profesional. Sebab orang tidak profesional adalah orang yang tidak mampu menyelesaikan masalah yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya," katanya.

 Mendikbud, kata dia, jujur menyatakan kepada publik bahwa pendidikan di NTT belum diperhatikan oleh pemerintah, mulai dari infrastruktur hingga suprastruktur. mendikbud  jujur kepada publik bahwa Kemendikbud gagal total memperbaiki pendidikan di NTT. "Mendikbud jujur terhadap dirinya sendiri bahwa ia, sebagai Mendikbud, juga gagal menjalankan tugasnya mengeluarkan NTT dari keterbelakangan pendidikan, " katanya. Mendikbud sedang melakukan pengakuan publik (  public confession ) bahwa pemerintahan Jokowi-JK belum sungguh-sungguh memperhatikan pendidikan daerah-daerah di  luar jawa dan Bali, termasuk NTT. Pengakuan Mendikbud ini juga merupkan bagian dari otokritik terhadap Pemerintah Jokowi-JK beserta jajarannya, termasuik kementrian pendidikan dan kebudayaan.

" Kiranya kejujuran dan pengakuan Mendikbud ini menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah Jokowi-JK yang terdiri dari dua point. Pertama, evaluasi dan reformasi dalam bidang pemerataan mutu pendidikan dengan menggenjot infrastruktur dan suprastruktur. Kedua, kinerja kemendikbud dan mendikbud sebagai kepalanya perlu dievaluasi," ucapnya. BAHAN REFLEKSI Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno menilai bahwa pernyataan Mendikbud Muhadjir Efendi secara tidak langsung mengkritik kondisi dan kualitas pendidikan di NTT saat ini. Dia menghimbau agar hal tersebut dijadikan bahan refleksi bagi pemerintah Propinsi dan Kabupaten kota bersama DPRD  dan semua stake holders untuk membenahi kualitas pendidikan di NTT agar lebih maju lagi. " tetapi dari segi kualitas SDM orang-orang NTT, kita harus bangga karena kita tidak kalah dengan provinsi lain di Indonesia, " katanya.

Semoga, apa yang terjadi ini, menumbuhkan semangat kita orang-orang NTT untuk menunjukkan bahwa kami bukan kalah tetapi kurang diperhatikan dan terpinggirkan. Dan juga menjadi bahan refleksi lanjut, BENARKAH PENDIDIKAN KITA SEKARANG TERPURUK..... ????  ( Berarti sebelumnya ???? )









0 komentar:

Posting Komentar