2 Maret 2010

TAKDIR DALAM HIDUP dan HIDUP DALAM TAKDIR


( Sebagai suatu Refleksi )

Terlepas dari pandangan atau konsep kita semua tentang Takdir yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan, pandangan orang lain atau teologi yang kita anut, hasil refleksi saya ini bukanlah sebuah konsep teoritis melainkan refleksi murni.

Saya atau mungkin semua kita berpikir bahwa seluruh aspek kehidupan manusia telah ditentukan oleh Tuhan dan disisi lainnya mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang super bebas dan dapat merancang serta menentukan nasibnya sendiri.
Sehingga kita terkadang terbelenggu dengan konsep hidup bahwa " Hidup dengan pelbagai problematika ini adalah sebuah takdir yang telah digariskan". Apa benar?

Takdir bagi saya adalah sebagai satu akibat dari pilihan yang bebas kita lakukan dalam hidup ini. Namun satu hal yang kita tidak boleh lupa, bahwa apapun pilihan yang kita ambil kita tidak bebas menentukan akibat dari pilihan kita tersebut, atau dapat dikatakan kita tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol, mengendalikan atau memilih (atau kita tidak tahu dengan pasti) akibat dari setiap pilihan yang kita ambil atau kita lakukan. Sisi akibat dari pilihan-pilihan kita itulah yang merupakan wilayah takdir atau wilayah yang telah ditentukan oleh-Nya, yang tanpa kita ketahui telah kita pilih dengan memilih secara bebas sebab-sebabnya. Dalam bahasa Stephen Covey dikatakan bahwa anda bebas untuk memilih dan mengangkat ujung tongkat yang manapun namun anda tidak bisa menolak jika ujung yang lain dari tongkat tersebut ikut terangkat juga.

Lalu apa kaitan dengan hidup kita ?

Secara konkret, dalam refleksi, saya berpikir: Apa kemiskinan seseorang lantaran karena takdir? Apakah Kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena takdir? Apakah kematian yang mendadak seseorang adalah takdir ? Apakah bencana yang terjadi adalah takdir? masih berjuta pertanyaan yang melilit hidup kita tentang berbagai pengalaman hidup yang dikaitkan dengan takdir.

Kita sering mendengarkan apa yang dikatakan orang-orang disekitar kita. "sudah takdir saya menjadi orang miskin ?" atau " Mungkin sudah takdirnya mengalami hal demikian". Apa takdir tidak dapat dihindari? Disinilah letak pilihan kita.Inilah yang saya katakan orang "HIDUP DALAM TAKDIR"

Orang yang terbelenggu dalam pilihannya untuk tetap menjadi miskin, orang terbelenggu dalam konsep Takdir sehingga tidak lagi merubah apa yang sedang dialami dan membiarkannya. Kebebasan untuk menentukan hidupnya tidak dimanfaatkan. Namun sebenarnya semua karena pilihannya.

Sebagai buah refleksi:
Apa pengalaman hidup kita adalah takdir? Apakah kita tidak bisa merubah takdir kalau kita percaya bahwa memang demikian?

0 komentar:

Posting Komentar