| Tweet |
|
Hari ini, Gereja mengawali Tri Hari Suci
dengan mengenang peristiwa dimana Tuhan Yesus mengadakan Perjamuan malam terakhir. Perjamuan perpisahan yang mengandung makna dan pesan terakhir/wasiat yang diberikan Yesus sebelum kematian-Nya. Tuhan Yesus menginginkan semua murid-Nya mengenangkan Dia dengan melakukan apa yang Dia lakukan saat itu. Inilah yang menjadi dasar dalam sejarah Gereja sehingga Ekaristi sebagai sakramen di rayakan setiap harinya.
Pelayanan Kamis Putih secara tradisional dan menyejarah dapat mengenangkan kita pada peristiwa-peristiwa di mana Yesus mendekati masa-masa kematian-Nya. Peristiwa-peristiwa yang sangat kaya makna dan penting. Ini adalah pengenangan pada perempuan yang meminyaki Yesus dengan parfum dari buli-buli dan mengusapnya dengan rambutnya. Ini juga pengenangan akan perjamuan malam yang dilakukan Yesus, di mana untuk terakhir kalinya Yesus berbagi roti Paskah dengan para murid. Ini adalah tanda dari keteladanan Yesus yang mereka semua pengikutnya menyebutnya "pelayan". Dan ini juga pengenangan akan pengkianatan yang dilakukan Petrus dan juga Yudas.
Perayaan Kamis Putih adalah pelayanan doa, menggambarkan peran Yesus yang telah datang ke dunia membawa terang, terang yang segera padam. Pelayanan ini memiliki sebuah karunia sebagai garis luarnya sebagai sebuah lingkaran; terang (cahaya)-pelayanan-Perjamuan Kudus-pelayanan-terang.Terang Allah adalah terang dari penciptaan dan terang Kristus. Di dalam terang Kristus kita menemukan sebuah pesan, "Melayani"!
Pelayan dan siap menjadi hamba, telah ditunjukkan Yesus sebagai wasiat dengan cara mencuci kaki murid-murid-Nya.
Di zaman sekarang ini, Pengikut Yesus sulit ditemukan yang siap untuk menjadi Pelayan dan hamba bagi sesamanya. Pangkat dan kedudukan menjadikan satu pretise tersendiri dan menganggap orang lain harus menghormati dan melayaninya sebagai pejabat.
Perayaan Kamis Putih yang di dijalani pengikut Kristus sebagai wasiat Kristus dalam situasi Pandemik Covid-19. Kita dituntut menjadi Pelayan. Para Medis, Satgas Covid-19 kini berusaha menjadi pelayanan saat ini. Lalu, bagaimana dengan kita ? Menjadi Pelayan bukan dalam arti yang terbatas tetapi kita maknai secara luas. Kita menjadi pelayan untuk mensosialisasikan secara benar akan covid-19. Kita menjadi pelayan bagi diri sendiri dan sesama dengan mengikuti Prokes yang dikampanyekan. Kita bukan menjadi provokator orang agar tidak percaya akan tindakan2 penyelamatan oleh Satgas Covid-19.
Semoga Perayaan mengenang Malam Perjamuan yang dirayakan benar-benar menyadarkan kita, "bahwa Tuhan telah menjadi hamba dengan mencuci kaki kita agar bersih dari dosa dan menjadi pelayanan di tengah wabah pandemik ini."

0 komentar:
Posting Komentar