10 Desember 2011

Ada Apa dengan Sistem Pendidikan Di Kab Ende-Flores-NTT


sebuah catatan pinggir

Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir awam dan kaku menjadi menjadi modern. hal ini dilihat sangat mempengaruhi pendidikan di Indonesia.

Menyingkapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan konsep dan teori pendidikan yang sebenarnya unt
uk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.

Kamus Bahasa Indonesia 1991:232 Pendidikan berasal dari kata didik, lalu mendapat awalan me- sehingga menjadi mendidik, yang artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Menurut Bahasa Yunani, pendidikan berasal dari kata pedagogi yaitu kata paid yang artinya anak sedangkan agogos yang artinya membimbing, sehingga pedagogi dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Wikipedia, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan m
asyarakat.

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Kalau pendidikan yang demikian diharapkan, Ada apa dengan pendidikan di Kabupaten Ende-Flores (tempat kelahiranku) ? Banyak yang menilai kecemerlangan Ende sebagai kota pelajar dengan menghasilkan outputnya yang diandalkan kini semakin surut. Mungkin ada benarnya, dengan melihat prosentase keulusan yang semakin terpuruk dari sekolah-sekolah di Kabupaten Ende akhir-akhir ini.

Beberapa hal, dalam refleksi ku telah terjadi pergeseran dan kehilangan arah pendidikan di Kabupaten. Secara Nasional, dengan perubahan kurikulum yang terus menerus seiring dengan siapa yang menjadi menteri pendidikan membuat pendidik bingung untuk menerapkan sistem pendidikan yang diprogramkan. Dengan adanya Hak asasi manusia, pola pendidikan dengan kultur di Kabupaten Ende membuat Pendidik bersikap masa bodoh dengan perkembangan mental anak didiknya. Kalau dulu siswa sangat segan dan takut dengan guru " takut dipukul dengan kayu/rotan" sekarang membuat para siswa/i tak ambil pusing, (Pukul lapor keluarga-Polisi), Sistem pendidikan dengan karakter dan budaya sebenarnya merupakan dua unsur saling membangun. " Anak-anak di Flo
res harus didik dengan karakter dan budaya di daerahnya" beda dengan yang di luar Flores.
Sisi lain, perkembangan sarana teknologi telah disalahgunakan oleh kaum remaja (anak2 usia sekolah) saat ini.

itulah gambaran secara global setidak-tidaknya mempengaruhi tingkat/mutu pendidi
kan saat ini. Karena itu, perlu kreativitas dan cara memanage sebuah sistem pendidikan di sekolah masing-masing oleh seorang Ke
pala Sekolah.

Beberapa hal yang sempat teringat di benak ku dan menjadi pertanyaan, masihkah cara-cara ini di pakai saat ini sekolah-sekolah :

1. Buku BP ( Bimbingan Penyuluhan) : Hal ini, dahulunya dirasakan sebagai bentuk kerjasama pengawasan pihak sekolah dan pengajar. siswa/i dipantau setiap hari melalui buku BP, walaupun tidak jarang orangtua yang memanjakan anaknya dengan memanipulasi keadaan sebenarnya. Namun justru pola ini sangat membantu.

2. Dahulu guru/Pendidik sangat keras mendidik anak-anak didiknya, membuat anak didik merasa "takut", namun semuanya demi kebaikan sehingga memacu semangat belajar anak. Namun sekarang semuanya berlindung dibalik HAM. HAM yang bagaimanakah ?

Hanya dua point ini yang kutemukan saat aku masih duduk di bangku SD, masa aku bersekolah.
Masih relevankah ? menurut pendapat pribadiku, MASIH RELEVAN, sejauh ada pengertian dari kedua belah pihak Pendidik dan Orangtua.

Lalu bagaimanakah sekolah-sekolah saat ini, di Kab. Ende ?

1. Kemampuan dan seni mengajar sebagaimana pengertian pendidikan di atas inilah yang mesti ditingkatkan oleh pendidik saat ini. Dahulu guru-guru "tua" dengan pengalamannya sungguh-sunguh menjlankan profesinya. Sekarang, banyak guru yang "khususnya tingkat SMP-SMA adalah jebolan Sarjana tetapi bukan Sarjana keguruan, yang kebalikkan saat ini orang berlomba-lomba menjadi guru karena pendapatan/Gaji sudah dianggap besar tetapi tidak mendapat tempat untuk mengajar. suatu yang kontardiktif guru terasa kurang tetapi banyak pengangguran yang menunggu test PNS. Jenjang waktu penantian test PNS dengan tamatan menjadi seorang Sarjanawan/ti tidak dimanfaatkan untuk mempersiapkan diri secara efektif sebagai seorang pendidik, sehingga saat mendapat kesempatan untuk mengajar ilmu yang telah di dapat telah kabur dan hilang bersama sang waktu.
Disamping itu, seni dan kreativitas mengajar sangat minim dimiliki guru2 saat ini, hal ini karena basic sang pengajar bukanlah seorang guru.

2. Suatu pendidikan berhasil adalah meningkatkan daya nalar, kreativitas disamping budi pekerti dari siswa/i yang kurang mampu "kurang pandai" bukan sambil mempertahankan siswa yang cerdas dan meningkatkan terus kecerdasannya. Bukannya konsentrasi terarah kepada siswa/i yang cerdas saja. Dahulu, apabila sub pokok bahasan yang masih kurang dipahami oleh 40 % anak didik, sub pokok bahasan itu diulang sampai mencapai 90 % atau 100 %. Sambil peserta dididk yang belom mampu diberi tambahan waktu sore hari. Sekarang ?? masih adakah cara yang demikian? Masih punya waktu kah sang pengajar buat anak-anak yang belum paham sub pembahasan tersebut ?

3. Dahulu seorang guru BP selain membimbing anak dalam hal tingkah laku, namun prestasi kognitif juga menjadi bagian bimbingannya.

masih banyak lagi dahulu begini---- dan sekarang begini.........

Kendala lain adalah, terjadi perubahan mental anak-anak jaman sekarang. Kegiatan belajar di rumah hampir tidak pernah dilakukan. Kesadaran pribadi di dukung oleh kurangnya pengawasan dari keluarga/orangtua membuat mereka bebas tak terkendali. Kemajuan sarana informasi, lomunikasi teknologi membuat mereka terlena.

Sebagai kesimpulan dalam refleksi sederhanaku, Guru di jaman sekarang perlu kerja keras. Kreativitas dan seni dalam mengajar perlu dilakukan. Sumber-sumber buku sebagai penunjang dalam mengajar harus diadakan, hal ini karena, kenyataan tim penyusun bahan ujian EBTANAS adalah kebanyakkan mereka di luar Flores, yang nota bene pasti lebih banyak disesuaikan dengan kondisi pada sekolah-sekolah di daerah mereka. Kesiapan bahan dalam proses belajar mengajar perlu di galakan kembali, kenyataan persiapan guru-guru untuk mengajar sering dibaikan.

Mari Tingkatkan mutu pendidikan kita---- semoga

0 komentar:

Posting Komentar