29 Oktober 2023

MENGGERUS BENANG MERAH MENUJU RI 1 2024




Semakin liar bola panas perhelatan politik di Negara ini. Pelbagai statmen berseliweran di media elektronik. Siapa dalang dari semua ini?
Catatam pinggir mencoba menggerus benang merah yang kusut ini.

Sebelum Gong Pilpres ditabuhkan, Nama-nama yang mencuat akan menjadi bakal Presiden sudah sayup-sayup terdengar. Anis Baswedan namanya mulai disebut-sebut setelah perhelatan politik pilpres 2019 yang lalu. Untuk 2024 namanya kembali  digadang-gadang jauh sebelum Gong ditabuhkan. Namun gerbongnya masih menjadi teka-teki hingga akhirnya pada 3 Oktober 2023 Nasdem mendeklarasikannya sebagai Bakal Calon Presiden 2024. Lalu, Ganjar Pranowo. Hal ini karena selalu berada bersama Jokowi pada kesempatan-kesempatan tertentu. Bahkan masyarakat Indonesia.sudah melihat dan memprediksi Ganjarlah yang didukung oleh Presiden untuk melanjutkan kepemimpinan yang berjuta impian dalam program menuju Indonesia maju. Oleh karena itu, Ganjar dilihat sebagai salah satu kandidat terkuat dari partai Berkepala Banteng, PDI-P yang bersaing dengan nama-nama yang masih sayup terdengar seperti Puan Maharani. Dan yang satu lagi adalah Prabowo Subianto, yang tentu saja dari partai Gerindra. Menarik Ketum Gerindra ini, dikatakan merupakan usulan dari RapimNas. Namun ingat hanya tiga Partai besar di Indonesia saat ini yang apa kata Ketum "hampir tidak bisa dibantah" oleh Kadernya, yaitu PDI-P, Demokrat dan Gerindra. Siapa yang membantah siap di depak.

Setelah Anis Baswedan dideklarisakan oleh Nasdem spekulasi politik atas diri Surya Paloh merupakan suatu intrik politik yabg dilakukan Surya Paloh. bisa saja nanti, " Anis di depak" kalau ada calon lain yang lebih diunggulkan. Namun spekulasi beberapa pengamat salah. Isu pun diganti dengan mengkambinghitamkan peran Jokowi dan PDI-P bahwa akan terjadi head to head antara capres PDI-P dan Prabowo alias Gerindra. 

Selagi hiruk pikuknya masyarakat dipertontonkan siapa yang akan disebut-sebut sebagai Capres RI 2024, namun ring lain ternyata ada kegaduhan soal uji materiil soal batas usia minimal calon presiden dan wakil.presiden pada pasal169huruf q UU Pemilu. Ternyata selain pengajuan oleh..... ada pemohon lain yaitu Soefianto dan Imam Hermanda yang mengajukan pada 18 Agustus 2023 dalam perkara no. 105/PUU-XXI/2023. Namun pada akhirnya pemohin menarik kembali  berkas perkaranya dan dikabulkan oleh MK pada 16 Oktober 2023. Namun sehari sebelumnya, MK telah menolak uji materi terhadap UU Pemilu No 7 tahun 2017 yang diajukan oleh Partai PSI. Dan juga ada 5 permohonan mengenai batas usia capres/cawapres ditolak oleh MK pyang dibacakan pada 23 Oktober 2023 dengan dalil penolakan karena kelima pengajuan itu kehilangan objek perkara.
Dan akhirnya polemik soal batas usia capres dan cawapres diputuskan permohonan  yang diajukan oleh Mahasiswa Universitas Surakarta, Almas Tsaqibbirru dalam perkara no. 90/PUU-XXI/2023 walaupun hanya sebagian. Intinya batas usia minimal Capres-Cawapres adalah "pqling rendah 40 tahun atau pernah/sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilihan Umum termasuk  pemilihan Keplaa Daerah. Putusan ini dibacakan pada 16 Oktober 2023. Oleh pemohon, Almas Tsaqibbirru mahasiswa Surakarta diajukan ini lantaran karena inisiatif sendiri tanpa didorong atau diminta oleh orang lain. Dia bersama teman-teman haya ingin menguji ilmu yang mereka dapat saat kuliah. 

Putusan ini akhirnya membawa petaka untuk MK yang didalamnya termasuk satu sosok yang disebut sebagai "putusan rekayasa" yang bernuansa politis. Apa benar? Siapa sosok itu?Dia tidak lain adalah Ketua MK Anwar Usman yang adalah suami dari adik Presiden Jokowidodo. Semua orang melihat kenyataan ini sebagai garis tegak lurus "ada unsur politis" disana. Mengapa? Karena Gibran dikait-kaitkan setelah dia dideklarisakan koalisi Indonesia maju sebagai pendamping Prabowo. Sebuah pengandaian, Apabila Gibran tidak dipinang oleh Prabowo, apakah ada kekacauan sebagaimana sekarang ? Masih banyak pertanyaan lain dalam kaitan dengan putusan ini. Namun yang pasti bahwa, usaha untuk mengusulkan perubahan usia minimal untuk Capres dan Cawapres bukan saja satu berkara bahkan lebih dari 5 perkara. Ini berarti ada satu kekuatan kelompok yang menginginkan. Atau ada orang dibalik ini semua. Lalu akhirnya MK memutuskan walaupun melalui voting internal. 

Atas adanya perkara ini, pada awalnya tidak terlalu digubris oleh sebagian bahkan partai-partai di Indonesia kecuali PSI, para pengamat seantero Indonesia akhirnya meledak setelah Gibran di pinang. 

Apakah sebuah Strategi ?

Tulisan sebelumnya secara singkat disinggung tentang sosok ini, Prabowo Subianto. Keinginan untuk memimpin negara ini merupakan satu keinginan, "Ambisi" prabowo dengan pengalamannya sebagai seorang prajurit yang tentu banyak strategis yang dapat dirancang. Masuknya Prabowo di dalam kabinet Jokowi setelah kalah melawan Jokowi dalam pilpres 2014 dan 2019 perlu diberi garis tebal. Statemen terhadap para pendukung dan koalisinya yang kecewa karena begitu cepat bergabung dengan rivalnya. Prabowo menerima tawaran menjadi menteri Pertahanan dalam Kabinet Maju periode 2019-2024 yang diumumkan oleh Jokowi pada 23 Oktober 2019. Hal menurut Prabowo dalam wawancara dalam acara Dedy Corbuzier lantaran mau berbakti untuk Indonesia. Dalam kurun waktu kurang lebih 5 bulan saja begiti cepat Prabowo masuk dalam lingkaran Kabinet Jokowi. Padahal keputusan KPU menyatakan hasil perhitungan suara Pipres 2019 masih digugat oleh kubuhnya. Apakah ini sebuah strategi seorang sipil, Jokowi dengan mengajak Prabowo atau terimanya Prabowo atas ajakan ini juga merupakan bagian dari strateginya ? 
Apakah strategi 2024 sudah jauh-jauh di atur?
Untuk melihat benang merah yang kusut agar perlahan dibuka dan diurai kembali agaklah sulit.

Disisi Kepala Banteng, yang selalu membaca peluang politik dengan pelbagai penilain agar menjadi partai yang berkuasa di negara ini pun akhirnya terjebak dengan pilihannya sendiri mendorong Gibran sebagai Walikota dan Boby mantu  Presiden untuk bertarung di dunia politik. Hal ini tidak lain, karena Jokowi telah menunjukkan kualitasnya sebagai kader PDI-P dan Presiden RI. Politik Indonesia yang mengutuk dinasti tapi partai-partai justru memilih kadernya karena popularitas keluarga. Semuanya hanya demi roda kekuasaan. 

Tahun 2021, Gibran pun dilantik menjadi walikota atas nama pilihan rakyat. Hasil kerjanya menurut pemberitaan media sangat disukai olwh masyarakatnya. Hal ini, catatan pinggir melihat naluri strategi Prabowo bermain. Gibran dapat diandalkan untuk mendongkrak suara saat pilpres nanti. Di sisi lain Ganjar masih menjadi sosok yang diandalkan oleh Jokowi untuk melanjutkan mimpinya. 

Bakal Capres Anis Baswedan pun yang diisukan akan hengkang dari perhelatan pilpres akhirnya gugur. Justru Surya Paloh membuat satu kejutan politik tersendiri dengan mendeklarasikan Cak Imin sebagai pendamping Anis. Dengan sendiri menimbulkan kemarahan kubu Demokrat yang salah satu partai koalisi Perubahan. Permainan bidak catur dipertontonkan. Demokrat menggeserkan pionnya ke koalisi Indonesia maju dan PKB menggeserkan pionnya ke koalisi perubahan. Semakin seru situasi politik yqng terjadi di negara ini. Ganjar Pranowo yang menjadi teka-teki akhirnya dideklarasikan  oleh  PDI-P sebagai Capresnya. 
Teka-teki masih meliputi dua koalisi untuk Cawapres, pendamping Ganjar dan Prabowo. Nama-nama sebagai calon pendamping mencuat dipermukaan.

Singkatnya, Probowo bersama koalisinya memilih Gibran sebagai pendamping. Nama Gibran semakin tak terbendung dan tabir tertutup namun dapat dibaca lantaran menunggu putusan MK soal usia minimal Capres dan Cawapres. Hal ini nampak saat dimana Koalisi Indonesia Maju adalah koalisi yang terakhir menentukan pilihan Cawapresnya. Nampak jelas permainan bisa dibaca, saat ketuk palu MK, Golkar tiba-tiba mengusung Gibran sebagai Cawapres dari partainya untuk mendampingi Prabawo. Sekelas Partai Golkar mengusungkan nama/sosok diluar kadernya yang justru ketumnya digadang-gadang untuk dapat mendampingi Prabowo. Nama Gibran menggugurkan nama-nama besar yang ada di negara ini yang jauh berpengalaman. Inilah strategi politik yang dimainkan. Harus diakui Strategi Prabowo untuk mencapai cita-citanya.
Namun yang mengacaukan suasana ini adalah para pengamat. Tapi harus ingat yang memilih adalah seluruh Masyarakat Indonesia termasuk pengamat.

Suara pengamat adalah sebuah awal kanpanye dari masing-masing kubu. Termasuk para kader yang dimanfaatkan oleh media untuk berkomentar. Hati-hati management konflik dibalik layar yang diterapkan dalam sebuah politik. 
 
Siapa dalangnya dalam pewangan ini ?


0 komentar:

Posting Komentar